Rabu, 12 Oktober 2016

ISI TULISAN DI KORAN MEDIA INDONESIA ASLI

JEJAK HIJAU

 SAPI LAHAP KARENA LIMBAH TANI


SEMINGGU ini Suprapto sangat senang melihat pemberian pkan pada 12 sapi peliharaannya. Sapi-sapi yang baru dibeli itu sudah mau makan dengan lahap. Padahal biasanya butuh waktu seminggu adaptasi.
"Biaya pakan pun berkurang dari sebelumnya Rp.23.000 perhari persapi sekarang menjadi Rp. 13.000," kata peternak sapi di Wonogiri itu kepada Media Indonesia, Jumat (7/10)

Kuncinya ternyata terletak pada pakan. Suprapto mencampurkan limbah jerami, ampas gandum dengan Inokulan.   
metode pakan itu merupakan karya Sugeng Widyantoro. Ditemui Selasa 94/10) di Bekasi, Jawa Barat.  Sugeng menuturkan metode pakan itu dikembangkan sejak 2013  di Bengkulu.
ketika itu Sarjana  pertanian Universitas Padjajaran (Unpad) tersebut diminta untuk memberikan pelatihan kepada pengawas mutu pakan agar bisa memberikan asupan yang baik kepada hewan ternak. Sebelumnya ia mendapati informasi kalu limbah kopi pernah diberikan kepada ternak kambing dan hasilnya banyak yang mati.  Sugeng tak heran, pasalnya limbah mengandung racun alkaloid.


Jika ingin digunakan sebagai pakan, perlu dilakukan proses fermentasi untuk mencegah racun.
"Saya belajar fermentasi limbah hasil baca jurnal dan sering ngobrol dengan teman-teman di fakultas peternakan. Fermentasinya menggunakan mikroba hayati, seperti bakteri, jamur, yang biasanya didapat dari tumbuhan maupun makanan sisa. Saya pelihara biangnya sehingga tinggal diproses regenerasinya saja," kata Sugeng sembari memperlihatkan mikroba hayati yang sudah diolah menjadi bentuk pasta dan disebut inokulan saat ditemui Media Indonesia, Selasa(4/10).

Tidak harus limbah kopi, pakan sapi juga bisa dibuat dari limbah organik lainnya seperti jerami, limbah kelapa sawit, dan limbah pasar.

Namun, untuk limbah pasar seperti sayur dan buah, terlebih dulu harus dilakukan pengurangan kandungan kadar airnya agar tidak menyebabkan pembusukan.
Sugeng menyarankan akan lebih baik jika limbah dicacah terlebih dahulu agar proses fermentasi bisa menyeluruh.

Proses fermentasi dilakukan tak sekadar untuk menghilangkan racun alkaloid, tetapi juga untuk meningkatkan nilai protein dan menurunkan kadar kandungan selulosa. Dengan menurunnya selulosa, makanan menjadi lebih lembut.

"Prosesnya hanya dua hari saja, dari 100 kg jerami kering bisa menghasilkan lebih setelah proses fermentasi. Saya coba beri makan kepada 14 sapi, hasilnya pakan tersebut habis dalam tiga hari," ujarnya. Selain lahap, kotoran ternak pun tidak berbau dan berbentuk padat. Untuk limbah kopi dan sawit, butuh waktu fermentasi selama 7 hari.

Sugeng pernah membuat pakan tersebut untuk unggas, , tetapi pemberian pakan belum dilakukan secara kontinyu. " Untuk unggas pernah dicoba, tetapi tidak kontinyu sehingga saya tidak bisa menuliskan hasil akhirnya.
Untuk sapi, ada pertumbuhan bobot yang bisa mencapai 1kg perhari, sedangkan lemak menjadi berkurang.{ (Wind/M-3)

 Proses fermentasi limbah
1. Limbah tani, baik berupa kulit kopi, sawit, jerami, ataupun limbah jagung dijejer dengan ketebalan sekitar 5 sentimeter.
2. Campurkan 0,5 kg inokulan milik Sugeng dengan 30 liter air, lalu percikkan kepada jejeran limbah tersebut.
Kemudian limbah diaduk supaya basahnya merata. Akan lebih baik jika peternak mengambil segenggam limbah lalu dipegang erat.
Apabila air menetes, dipastikan kandungan air berlebih sehingga limbah perlu ditambah.
3. Masukkan limbah ke karung atau drum, kemudian padatkan dengan cara menginjak limbah tersebut dan taburi segenggam dedak.
Ulangi proses serupa hingga karung atau drum agak penuh.
4. Setelahnya, tutup rapat.
Tidak boleh ada udara yang masuk, baru setelah dua hari pakan tersebut dikeluarkan dan diangin-anginkan.
Pakan hasil fermentasi tersebut bisa bertahan hingga satu tahun

Jika anda  membutuhkan INOKULAN tersebut hubungi : 0812 8373564 (SMS/WA)  cs.yaddie@yahoo.co.id   (P yaddie)





Sapi Lahap Karena Limba Tani


Sapi Lahap Karena Limbah Tani

Sabtu, 8 October 2016 06:21 WIB Penulis:
DOK. SUGENG WIDYARTONO

LAHAP dan tak bersisa. Itulah kesimpulan yang diperoleh Sugeng Widyartono saat memberikan pakan dengan proses fermentasi kepada sapi piaraan milik Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 2013.

Ketika itu, Sarjana Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut diminta untuk memberikan pelatihan kepada pengawas mutu pakan agar bisa memberikan asupan yang baik kepada hewan ternak.

Sugeng segera mencari tahu, limbah pertanian yang paling banyak terdapat di wilayah Bengkulu, dan didapatlah limbah kopi yang berasal dari tempurung biji kopi yang mengeras.

Sebelumnya, ia mendapati informasi kalau limbah kopi tersebut pernah diberikan kepada ternak kambing dan hasilnya banyak yang mati.

Sugeng tak heran, pasalnya limbah mengandung racun alkaloid. Jika ingin digunakan sebagai pakan, perlu dilakukan proses fermentasi untuk mencegah racun.

"Saya belajar fermentasi limbah hasil baca jurnal dan sering ngobrol dengan teman-teman di fakultas peternakan. Fermentasinya menggunakan mikroba hayati, seperti bakteri, jamur, yang biasanya didapat dari tumbuhan maupun makanan sisa. Saya pelihara biangnya sehingga tinggal diproses regenerasinya saja," kata Sugeng sembari memperlihatkan mikroba hayati yang sudah diolah menjadi bentuk pasta dan disebut inokulan saat ditemui Media Indonesia, Selasa(4/10).

Tidak harus limbah kopi, pakan sapi juga bisa dibuat dari limbah organik lainnya seperti jerami, limbah kelapa sawit, dan limbah pasar.

Namun, untuk limbah pasar seperti sayur dan buah, terlebih dulu harus dilakukan pengurangan kandungan kadar airnya agar tidak menyebabkan pembusukan.

Sugeng menyarankan akan lebih baik jika limbah dicacah terlebih dahulu agar proses fermentasi bisa menyeluruh.

Proses fermentasi dilakukan tak sekadar untuk menghilangkan racun alkaloid, tetapi juga untuk meningkatkan nilai protein dan menurunkan kadar kandungan selulosa. Dengan menurunnya selulosa, makanan menjadi lebih lembut.

"Prosesnya hanya dua hari saja, dari 100 kg jerami kering bisa menghasilkan lebih setelah proses fermentasi. Saya coba beri makan kepada 14 sapi, hasilnya pakan tersebut habis dalam tiga hari," ujarnya. Selain lahap, kotoran ternak pun tidak berbau dan berbentuk padat.
Soal biaya, pakan dari limbah terhitung lebih murah. Sugeng pun memberikan gambaran dengan perbandingan biaya pakan yang dikeluarkan peternak sapi di Wonogiri sebesar Rp24 ribu-Rp30 ribu per hari untuk satu sapi sekali makan.
Sementara itu, dengan menggunakan campuran inokulan ciptaannya, biaya pakan berkisar pada angka Rp14 ribu per hari.
Sugeng juga pernah membuat pakan tersebut untuk unggas, tetapi pemberian pakan belum dilakukan kontinyu.
"Untuk unggas pernah dicoba, tetapi tidak kontinu sehingga saya tidak bisa menuliskan hasil akhirnya. Kalau untuk sapi, ada pertumbuhan bobotnya yang bisa mencapai 1 kg per hari, sedangkan untuk lemak menjadi berkurang," pungkasnya.

Proses fermentasi limbah
1. Limbah tani, baik berupa kulit kopi, sawit, jerami, ataupun limbah jagung dijejer dengan ketebalan sekitar 5 sentimeter.
2. Campurkan 0,5 kg inokulan milik Sugeng dengan 30 liter air, lalu percikkan kepada jejeran limbah tersebut.
Kemudian limbah diaduk supaya basahnya merata. Akan lebih baik jika peternak mengambil segenggam limbah lalu dipegang erat.
Apabila air menetes, dipastikan kandungan air berlebih sehingga limbah perlu ditambah.
3. Masukkan limbah ke karung atau drum, kemudian padatkan dengan cara menginjak limbah tersebut dan taburi segenggam dedak.
Ulangi proses serupa hingga karung atau drum agak penuh.
4. Setelahnya, tutup rapat.
Tidak boleh ada udara yang masuk, baru setelah dua hari pakan tersebut dikeluarkan dan diangin-anginkan.
Pakan hasil fermentasi tersebut bisa bertahan hingga satu tahun. (Wnd/M-3)

Edisi Cetak MEDIA Indonesia  Terbit  Sabtu 8 Oktober 2016/No.12910/Tahun ke 47  Hal 16. " Jejak Hijau"

http://www.mediaindonesia.com/news/read/70880/sapi-lahap-karena-limbah-tani/2016-10-08